Kamis, 24 Mei 2012

Bahaya banyak pikiran

Posted by penk syahid on 00.54

Jika Anda termasuk sebagai orang yang dituntut untuk banyak berpikir, sebaiknya berhati-hati dengan kebiasaan makan Anda. Pasalnya, kegiatan berpikir dapat memacu selera makan.
Belum lama ini, para peneliti mengungkap, tekanan atau stres saat berpikir dapat menyebabkan kebiasaan makan berlebih karena para pemikir cenderung mencari lebih banyak kalori.
Tim peneliti yang diketuai oleh Dr Angelo Tremblay mengukur asupan makanan spontan dari 14 siswa setelah mengerjakan tiga tugas.
Tugas pertama dikerjakan dengan santai dalam posisi duduk, kemudian tugas kedua yaitu membaca dan merangkum
bacaan serta tugas ketiga menyelesaikan rangkaian dari tes mengingat, memperhatikan dan kewaspadaan dalam komputer.
Setelah 45 menit setiap aktivitas, para partisipan diundang makan sesukanya dari menu buffet. Para peneliti menemukan, setiap sesi dari pekerjaan intelektual membutuhkan hanya tiga kalori lebih banyak dibandingkan saat istirahat.
Meskipun energi yang dibutuhkan rendah, para siswa itu secara spontan mengonsumsi 203 kalori lebih banyak usai merangkum teks dan 253 kalori lebih banyak setelah menyelesaikan tugas komputer.
Hal itu berarti peningkatan masing-masing 23,6 persen dan 29,4 persen dibandingkan waktu beristirahat.
Contoh darah yang diambil sebelum, selama dan setelah sesi tugas mengungkap, pekerjaan intelektual menyebabkan lebih banyak terjadi turun naik tingkat glukosa dan insulin dibandingkan waktu istirahat.
Jean-Philippe Chapu, Ketua penulis studi mengatakan, tingkat turun naik itu bisa disebabkan stres dari pekerjaan intelektual atau juga bisa menggambarkan adaptasi tubuh selama pembakaran glukosa.
Tubuh bisa bereaksi terhadap naik turunnya glukosa dengan memacu asupan makanan yang lebih tinggi untuk mengembalikan keseimbangan glukosa, satu-satunya energi yang digunakan oleh otak.
“Kompensasi kalori yang berlebih saat mengerjakan tugas intelektual yang dikombinasikan dengan fakta semakin sedikit aktivitas fisik ketika mengerjakannya, dapat menjadi faktor epidemi obesitas yang kini semakin banyak terjadi pada negar industri,” tutur Chaput.
Dia menambahkan, hal itu sebagai faktor yang tidak bisa diabaikan. Terutama mempertimbangkan semakin banyak orang yang bekerja dalam bidang intelektual.
Hasil penelitian itu kemudian dibawa ke Universite Laval di Quebec, Canada dan dipublikasikan pada journal Psychosomatic Medicine. (telegraph.co.uk/ri)
Sumber : http://republika.co.id/berita/25002.html

1 komentar:

Posting Komentar

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site

 
  • Penayangan bulan lalu