Kamis, 24 Mei 2012

Bahaya banyak pikiran

Posted by penk syahid on 00.54

Jika Anda termasuk sebagai orang yang dituntut untuk banyak berpikir, sebaiknya berhati-hati dengan kebiasaan makan Anda. Pasalnya, kegiatan berpikir dapat memacu selera makan.
Belum lama ini, para peneliti mengungkap, tekanan atau stres saat berpikir dapat menyebabkan kebiasaan makan berlebih karena para pemikir cenderung mencari lebih banyak kalori.
Tim peneliti yang diketuai oleh Dr Angelo Tremblay mengukur asupan makanan spontan dari 14 siswa setelah mengerjakan tiga tugas.
Tugas pertama dikerjakan dengan santai dalam posisi duduk, kemudian tugas kedua yaitu membaca dan merangkum
bacaan serta tugas ketiga menyelesaikan rangkaian dari tes mengingat, memperhatikan dan kewaspadaan dalam komputer.
Setelah 45 menit setiap aktivitas, para partisipan diundang makan sesukanya dari menu buffet. Para peneliti menemukan, setiap sesi dari pekerjaan intelektual membutuhkan hanya tiga kalori lebih banyak dibandingkan saat istirahat.
Meskipun energi yang dibutuhkan rendah, para siswa itu secara spontan mengonsumsi 203 kalori lebih banyak usai merangkum teks dan 253 kalori lebih banyak setelah menyelesaikan tugas komputer.
Hal itu berarti peningkatan masing-masing 23,6 persen dan 29,4 persen dibandingkan waktu beristirahat.
Contoh darah yang diambil sebelum, selama dan setelah sesi tugas mengungkap, pekerjaan intelektual menyebabkan lebih banyak terjadi turun naik tingkat glukosa dan insulin dibandingkan waktu istirahat.
Jean-Philippe Chapu, Ketua penulis studi mengatakan, tingkat turun naik itu bisa disebabkan stres dari pekerjaan intelektual atau juga bisa menggambarkan adaptasi tubuh selama pembakaran glukosa.
Tubuh bisa bereaksi terhadap naik turunnya glukosa dengan memacu asupan makanan yang lebih tinggi untuk mengembalikan keseimbangan glukosa, satu-satunya energi yang digunakan oleh otak.
“Kompensasi kalori yang berlebih saat mengerjakan tugas intelektual yang dikombinasikan dengan fakta semakin sedikit aktivitas fisik ketika mengerjakannya, dapat menjadi faktor epidemi obesitas yang kini semakin banyak terjadi pada negar industri,” tutur Chaput.
Dia menambahkan, hal itu sebagai faktor yang tidak bisa diabaikan. Terutama mempertimbangkan semakin banyak orang yang bekerja dalam bidang intelektual.
Hasil penelitian itu kemudian dibawa ke Universite Laval di Quebec, Canada dan dipublikasikan pada journal Psychosomatic Medicine. (telegraph.co.uk/ri)
Sumber : http://republika.co.id/berita/25002.html

Pernah merasa bingung sama diri sendiri?

Posted by penk syahid on 00.36

Saya pernah. Kalau lagi kalut malah jadi lumayan sering.
Biasanya, saya bertanya-tanya seperti ini dalam hati:
Kok bisa jadi begini ya? Kok bisa-bisanya saya melakukan itu? Kenapa saya sempat berpikir kalau itu nggak apa-apa? Otak saya ditaruh mana sih waktu itu? Kok nggak dipakai???

Dilanjutkan dengan mengumpat sekedarnya.
Dan kemudian merasa bingung dengan apa yang sudah terjadi.

Lalu setelah terjadi berkali-kali, lahirlah kesimpulan yang semena-mena:
Ada satu sisi lain lagi di sini.
Satu bagian yang sepertinya sangat tidak puas dengan saya yang biasanya.
Bagian diri yang berpikir belakangan setelah bertindak.
Kemudian menjadi saya yang nggak mau manut begitu saja ketika diatur-atur seperti biasa. Saya yang maunya bebas melulu. Saya yang tidak keberatan jadi orang gila. Saya yang bisa menikmati ketidakwajaran yang biasanya dihindari.
Bagian diri saya yang bisa berpikir begini.

another part of me...?


Mungkin sebuah sisi yang berbeda secara agak ekstrim dari biasanya. Tentang lompatan-lompatan pemikiran, kelakuan-kelakuan terpendam, rahasia-rahasia yang tidak terkatakan, atau semacamnya.
Sesuatu yang disadari ada tapi lebih sering ditiadakan secara kasat mata namun tetap eksis di belakang sini.

Sisi lain dari diri, sisi yang dibagi dengan tidak merata pada beberapa orang yang tersangkut secara sengaja dan tidak sengaja. Sisi yang dibenci dan demi stabilitas lebih baik tidak diungkap. Sisi yang kadang menguat dengan sendirinya dalam kesendirian yang menyenangkan.

Sepertinya, saya terobsesi dengan ketidakjelasan hidup. Merasa senang berbincang tentang hidup yang abstrak, tentang sesuatu yang tidak punya sekat jelas, tentang sesuatu yang belum pasti atau mungkin tidak pernah pasti, tentang utopia, tentang celah pemberontakan dalam keteraturan, atau tentang sesuatu yang seperti itu.

Di satu sisi saya ingin jadi orang biasa yang sama seperti orang-orang biasa lainnya. Di sisi lain saya jenuh dengan stabilitas yang ada. Trouble addict, kata seorang kawan. Saya mungkin nggak akan bisa hidup tanpa masalah yang mengacaukan, begitu katanya.

Benar atau tidak saya nggak ambil pusing.

Inkonsisten.
Mungkin saya seperti itu. Meledak-ledak, kemudian tenang. Mengharapkan ketenangan, kemudian bosan dan membuat keributan. Berhati-hati agar tak bermasalah dengan orang lain, kemudian gusar dan kembali bermain api.
Stabil dan tidak stabil sekaligus.
Ingin jadi orang baik dan dengan cepat menjadi tidak peduli pada aturan untuk jadi orang baik dalam sekali jalan.

Tidak tahu mau apa.
Mungkin masih tersesat dalam ketidakdewasaan.
Kadang saya berpikir seperti itu. Kadang juga lupa berpikir.

Tapi kehidupan sosial tidak menerima kondisi seperti ini. Status sebagai makhluk sosial mengharuskan saya memilih satu diantara dua yang bertentangan.
Dan saya memilih karena saya tahu saya nggak bisa hidup sendirian.
Saya memilih. Walau kadang akhirnya saya sering terpeleset jalan. Paling tidak saya mencoba menstabilkan diri dengan yang namanya adaptasi. Menyingkirkan ketidaknyamanan yang timbul dan menerimanya sebagai bagian dari hidup yang “memang seperti ini”.

Kehidupan sosial untuk saya seringkali adalah kehidupan yang melelahkan. Harus begini dan begitu sesuai aturan. Ketersimpangan dari kondisi yang “biasanya” atau perbedaan diri dengan teori yang ada akan melekatkan cap gila. Itu yang saya terima dari lingkungan sosial.
Menjadi berbeda adalah biasa, tapi menjadi selalu berbeda adalah gila.

Sepertinya saya orang yang punya kebutuhan tinggi untuk diterima, sekaligus punya ketakutan tinggi tentang kondisi ditinggalkan. Menjadi ekstrim berarti menarik diri dari kemungkinan penerimaan orang lain. Memilih keekstriman berarti mengiyakan ketidakseimbangan, dan itu tidak boleh dipertahankan jika ingin diterima. Entah dari mana saya belajar seperti ini.
Atau lebih tepat, merasa bahwa kenyataan memang seperti ini.

Saya belajar bahwa untuk bisa diterima, saya tidak boleh meneriakkan semua yang ada dalam kepala saya begitu saja. Saya harus memilih dan memilah mengeluarkan apa untuk siapa dalam kondisi bagaimana dengan cara apa. Kadang-kadang, ini membuat saya menjadi manusia yang sukanya cari aman. Tidak mau ribut, dan lebih suka mengikuti maunya orang lain.
Dan setelah sekian lama, kondisi ini membuat saya jadi manusia yang muak pada dirinya sendiri yang seperti ini. Menjadi manusia menyedihkan yang sempat rela kehilangan eksistensinya dalam diri sendiri demi membuat orang lain senang dan menerima keberadaan diri.
Benar-benar kasihan.

Another me? Itu cuma candaan, sebutan saya untuk sisi lain dari cerita diri ini yang tidak banyak diketahui orang. Tidak keluarga, tidak teman-teman dekat saya, tidak juga orang terdekat saya. Kadang orang lain yang tahu. Orang lain yang benar-benar orang lain. Orang lain yang asing, yang baru saya temui atau bahkan tidak saya kenal. Orang lain yang tidak terkait secara langsung akan kebutuhan saya tentang penerimaan.

Saya masih seperti ini.

Berpikir dengan melompat-lompat tanpa arahan jalur. Bertindak dengan frekuensi lupa yang keluar batas toleransi. Bersikap semaunya. Memberontak pada cap orang lain tentang diri yang kelihatan. Membantah tapi tidak mengeluarkan bantahan. Bersembunyi di balik kesalahpahaman yang disyukuri. Merasa bersalah karena menipu dengan sengaja dan tertawa dalam tangis kemudian menangis dalam tawa.

Yang itu saya.
Yang ini juga saya.
Yang mana juga saya.

Tidak stabil. Tidak suka diprediksi.
Suka cari perhatian dengan cara kelewatan. Suka sok tahu tentang diri sendiri. Suka sok tahu juga tentang orang lain.
Menyebalkan. Senang menjadi menyebalkan. Mudah bosan. Mudah beralih dari kebosanan.
Begitulah.

Ini saya. Paling tidak saya tahu ini memang saya saat saya menulis ini.

Saya pikir kebanyakan orang tahu kalau biasanya manusia tak hanya punya satu sisi. Manusia punya sisi yang tak tampak oleh orang lain. Saya manusia. Jadi saya punya sisi itu.
Dan inilah potongan-potongan cerita dari sisi yang itu, yang berteriak ingin keluar sebagai saya. Keluar di sini. Lewat kata-kata.

nb. setelah nulis ini saya jadi makin nggak ngerti...

PENYAKIT HATI DAN OBATNYA

Posted by penk syahid on 00.05

Hati bisa sakit sebagaimana halnya tubuh. Hal itu disebabkan ada unsur-unsur dan sebab yang membuat hati itu sakit.
  1. Jenis Penyakit Hati.
Penyakit hati terbagi menjadi dua jenis"
1)      Jenis ini tidak dirasakan oleh pemiliknya secara langsung, yaitu penyakit kebodohan, syubhat dan keraguan. Ini merupakan jenis penyakit hati yang lebih berat, akan tetapi hati yang telah rusak, ia tidak dapat merasakannya.
2)      Penyakit hati yang bisa langsung dirasakan, seperti kecemasan, kesedihan dan perasaan marah. Penyakit ini terkadang bisa hilang dengan obat-obatan alamiah, dengan cara menghilangkan sebab-sebabnya, dan sebagainya.
B.     Penyembuhan Penyakit Hati.
Penyembuhan hati yang sakit bisa ditempuh dengan empat cara:
1)      Dengan Al-Qur'anul Kariim. Karena Al-Qur'an adalah penyembuh penyakit-penyakit yang ada didada, yang berupa keraguan. Al-Qur'an juga bisa menghilangkan kesyirikan dan syahwat yang terdapat didalamnya. Al-Quran merupakan petunjuk bagi orang yang mengetahui dan mengamalkan kebenaran. Ia juga merupakan rohmat, karena dengannya orang-orang mukmin bisa memperoleh ganjaran, baik didunia maupun diakhirat.
"Dan Apakah orang yang sudah mati[hatinya] kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan". (QS. Al-An'am [6]: 122)
2)      Hati itu membutuhkan tiga hal, dan pengobatannya sesuai dengan kebutuhannya tersebut:
a)      Apa yang bisa memelihara kekuatannya. Pengobatannya bisa berupa iman, amal sholeh dan dzikir-dzikir.
b)      Perlindungan dari berbagai mudhorot. Pengobatannya bisa terwujud dengan menjauhi maksiat-maksiat.
c)      Menghilangkan unsur-unsur yang menjadikan sakit. Pengobatannya bisa dilakukan dengan taubat dan istigfar.
3)      Penyakit hati akibat dominasi hawa nafsu.
Untuk hal ini, ada dua macam penyembuhan, yaitu melakukan muhasabah dan melawan hawa nafsu tersebut.
Muhasabah dibagi menjadi dua macam:
a.       Sebelum beramal.
Dalam hal ini diperlukan 4 hal:
§         Apakah amalan ini mampu dikerjakan?
§         Apakah mengerjakan amalan ini lebih baik dari pada meninggalkannya?
§         Apakah amalan ini ditujukan untuk memperoleh ridho Alloh subhanahu wa ta'ala?
§         Misalnya untuk mengamalkan amalan ini diperlukan bantuan orang, apakah ada orang-orang yang membantu? Jika jawabannya ada, maka ia bisa melaksanakan amalan tersebut. Bila tidak, ia perlu mengukur kemampuannya.
b.      Setelah beramal.
Dalam hal ini, ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
§         Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan baik yang belum dikerjakan sebagaimana mestinya, sehingga mengurangi hak Alloh didalamnya. Diantara hak-hak Alloh subhanahu wa ta'ala adalah keikhlasan, ketulusan, mutaba'ah (maksudnya, mengamalkan sesuai dengan tuntunan syari'at), perasaan senantiasa diawasi oleh Alloh subhanahu wa ta'ala, pengakuan terhadap karunia Alloh didalamnya, dan pengakuan akan kekurangan setelah melaksanakan semua itu.
§         Melakukan muhasabah terhadap amalan yang lebih baik ditinggalkan dari pada dikerjakan.
§         Melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan mubah atau adat kebiasaan yang dikerjakan, apakah untuk mencari ridho Alloh subhanahu wa ta'ala dan kebahagiaan diakhirat, sehingga ia menjadi orang yang beruntung, ataukah untuk mencari kebahagiaan didunia saja sehingga ia akan merugi?.
Kesimpulan dari semua itu, hendaklah ia melakukan muhasabah terhadap amalan-amalan wajib, kemudian menyempurnakannya apabila terdapat kekurangan, kemudian melakukan muhasabah terhadap larangan-larangan Alloh subhanahu wa ta'ala, jika ia mengetahui bahwa dirinya melakukan salah satu darinya, ia mengiringinya dengan bertaubat dan istigfar. Kemudian melakukan muhasabah terhadap apa saja yang dikerjakan oleh anggota badannya dan apa saja yang dilalaikannya.
4)      Pengobatan penyakit hati yang terkena godaan syaithon.
Syaithon adalah musuh manusia. Untuk menyelamatkan diri darinya, kita harus melakukan penyelamatan diri sesuai dengnan yang disyari'atkan oleh Alloh subhanahu wa ta'ala, yaitu dengan cara beristi'adzah (memohon perlindungan). Nabi sholallohu alaihi wa sallam pernah menggabungkan permintaan, perlindungan dari kejahatan nafsu dan syaithon sekaligus.
Beliau sholallohu alaihi wa sallam sersabda kepada Abu Bakar rodhiallohu anhu : "Katakanlah!
اللَّهُمَّ عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى  نَفْسِيْ سُوْءاً، أَوْ أَجُرَّهُ إِلى مُسْلِمٍ“([1]).
 "Ya Alloh, yang mengetahui apa yang ghaib dan apa yang tampak, pencipta seluruh langit dan bumi, Robb dan Raja bagi segala sesuatu. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain Engkau, aku berlindung kepadamu dari kejahatan Nafsuku dan dari kejahatan syaithon beserta sekutunya, dan dari melakukan kejahatan terhadap diriku atau terhadap seorang muslim". (HR. Tirmidzi, lihat shohih tirmidzi: 3/142)
Ucapkanlah hal ini ketika engkau berada dipagi hari, sore hari dan menjelang tidur".
Isti'adzah, tawakkal dan keikhlasan akan melindungi seseorang dari dominasi syaithon.
Renungkanlah ayat-ayat Alloh subhanahu wa ta'ala dan sabda-sabda Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam dibawah ini:
Firman Alloh subhanahu wa ta'ala:
"Ingatlah, hanya dengan mengingati Alloh-lah hati menjadi tenteram". (QS. Ar-Ro'd [13]: 28)
Firman Alloh subhanahu wa ta'ala:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[dengan mengerjakan dosa besar], mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui". (QS. Ali –Imron [3]: 135)
Firman Alloh subhanahu wa ta'ala:
"Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Alloh bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan adzab atasnya. dan Barangsiapa yang dihinakan Alloh Maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Alloh berbuat apa yang Dia kehendaki". (QS. Al-Hajj [22]: 18)
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
لَا تَجْمَعُ الشُّخُّ وَ الإِيْمَانُ فِيْ قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا
"Bakhil tidak dapat bersatu dengan iman didalam satu hati seorang hamba selama-lamanya". (lihat shohih Jami': 2678)

Selasa, 22 Mei 2012

Amalan-amalan Khusus di Bulan Rajab

Posted by penk syahid on 01.09

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Keterangan yang muktamad tentang bulan Rajab adalah bahwa bulan itu termasuk bulan-bulan yang dihormati, atau dalam Al-Qur’an disebut sebagai Asyhurul Hurum, yaitu, Muharram, Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Dalam bulan-bulan tersebut, Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang peperangan dan ini merupakan tradisi yang sudah ada jauh sebelum turunya syariat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS At-Taubah: 36)
Dari para ulama kalangan mazhab Asy Syafi’i, Imam An-Nawawi berkomentar tentang puasa sunnah khusus di bulan Rajab, “Tidak ada keterangan yang tsabit tentang puasa sunnah Rajab, baik berbentuk larangan atau pun kesunnahan. Namun pada dasarnya melakukan puasa hukumnya sunnah (di luar Ramadhan). Dan diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Sunan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyunnahkan berpuasa di bulan-bulan haram, sedang bulan Rajab termasuk salah satunya.”
Adapun tentang keutamaan bulan Rajab, kebanyakan ulama mengatakan bahwa dasarnya sangat lemah, bahkan boleh dikatakan tidak ada keterangan yang kuat yang mendasarinya dari sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Sayangnya, entah bagaimana prosesnya, justru sebahagian kaum muslimin berpendapat bahwa bulan Rajab memiliki berbagai keutamaan, sehingga umat Islam dianjurkan untuk melakukan ibadah-ibadah tertentu agar mereka dapat meraih fadhilah atau keutamaan tersebut. Di-antara contoh-contoh amalan-amalan yang sering dipercaya umat Islam untuk dilakukan pada bulan Rajab adalah:
  1. Mengadakan shalat khusus pada malam pertama bulan Rajab.
  2. Mengadakan shalat khusus pada malam Jum’at minggu pertama bulan.
  3. Shalat khusus pada malam Nisfu Rajab (pertengahan atau tanggal 15 Rajab).
  4. Shalat khusus pada malam 27 Rajab (malam Isra’ dan Mi’raj).
  5. Puasa khusus pada tanggal 1 Rajab.
  6. Puasa khusus hari Kamis minggu pertama bulan Rajab.
  7. Puasa khusus pada hari Nisfu Rajab.
  8. Puasa khusus pada tanggal 27 Rajab.
  9. Puasa pada awal, pertengahan dan akhir bulan Rajab.
  10. Berpuasa khusus sekurang-kurang-nya sehari pada bulan Rajab.
  11. Mengeluarkan zakat khusus pada bulan Rajab.
  12. Umrah khusus di bulan Rajab.
  13. Memperbanyakkan Istighfar khusus pada bulan Rajab.
Akan tetapi, semua pendapat tersebut tidak dapat dipegang, karena kalau kita jujur terhadap sumber-sumber asli agama ini, nyaris tidak satu pun amalan-amalan di atas yang berdasarkan kepada hadis-hadis yang shahih.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu dijelaskan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam apabila memasuki bulan Rajab beliau senantiasa berdo’a:
“Allahumma Baarik Lanaa Fii Rajab Wa Sya’baan Wa Ballighnaa Ramadhan.” (Yaa Allah, Anugerahkanlah kepada kami barokah di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Sayangnya hadis ini menurut Ibnu Hajar tidak kuat. Sedangkan hadis-hadis yang lainnya yang berkaitan dengan keutamaan-keutamaan bulan Rajab, tak ada satu pun hadis yang dapat dijadikan hujjah. Misalnya hadits yang bunyinya:
Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban adalah bulanku (Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam) dan Ramadhan adalah bulan ummatku.
Hadits ini oleh para muhaddits disebutkan sebagai hadits palsu dan munkar. Dr. Yusuf Al Qaradawi menyebutkan bahwa para muhadditsin telah mengatakan kemungkaran dan kepalsuan hadits ini dalam fatwa kontemporer beliau.
Dalam kitab Iqthidha Shiratil Mustaqim, Ibnu Taimiyah berkata, “Tidak ada satu keterangan pun dari Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkaitan dengan keutamaan bulan Rajab, bahkan keumuman hadis yang berkaitan dengan hal tersebut merupakan hadis-hadis palsu.” (Iqthidha Shirathil Mustaqim, 2/624)
Ibnu Hajar Al Asqalani secara khusus telah menulis masalah kedha’ifan dan kemaudhu’an hadits-hadits tentang amalan-amalan di bulan Rajab. Beliau menamakannya: Taudhihul Ajab bi maa Warada fi Fadhli Rajab.“ Di dalamnya beliau menulis, “Tidak ada satu keterangan pun yang menjelaskan keutamaan bulan Rajab, tidak juga berkaitan dengan shaumnya, atau pun berkaitan dengan shalat malam yang dikhususkan pada bulan tersebut. Yang merupakan hadis shahih yang dapat dijadikan hujjah.”
Dengan demikian, sebenarnya tidak ada satu keterangan pun yang dapat dijadikan hujjah yang menunjukkan tentang keutamaan bulan Rajab. Baik itu berkaitan tentang keutamaan shaum di bulan tersebut, shalat pada malam-malam tertentu atau ibadah-ibadah yang lainnya yang khusus di lakukan pada bulan Rajab.
Wallahu a’lam bishshawab,
Wassalamu `alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KEISTIMEWAAN DALAM BULAN RAJAB

Posted by penk syahid on 01.07

KELEBIHAN BULAN RAJAB
Beberapa hadis Rasulullah saw menunjukkan kelebihan bulan rajab:
1.Hendaklah kamu memuliakan bulan Rajab, niscaya Allah memuliakan kamu dengan seribu kemuliaan di hari Qiamat.
2.Bulan Rajab bulan Allah, bulan Sya’ban bulanku, dan bulan Ramadhan bulan umatku.
3.Kemuliaan Rajab dengan malam Isra’ Mi’rajnya, Sya’ban dengan malam nisfunya dan Ramadhan dengan Lailatul-Qadarnya.
4.Puasa sehari dalam bulan Rajab mendapat syurga yang tertinggi (Firdaus).Puasa dua hari dilipatgandakan pahalanya.
5.Puasa 3 hari pada bulan Rajab, dijadikan parit yang panjang yang menghalangnya ke neraka (panjangnya setahun perjalanan).
6.Puasa 7 hari pada bulan Rajab, ditutup daripadanya 7 pintu neraka.
7.Puasa 16 hari pada bulan Rajab akan dapat melihat wajah Allah di dalam syurga, dan menjadi orang yang pertama menziarahi Allah dalam syurga.
8.Kelebihan bulan Rajab dari segala bulan ialah seperti kelebihan Al-Quran keatas semua kalam (perkataan).
9.Puasa sehari dalam bulan Rajab seumpama puasa empat puluh tahun dan iberi
minum air dari syurga.
10.Bulan Rajab Syahrullah (bulan Allah), diampunkan dosa orang-orang yang meminta ampun dan bertaubat kepada-Nya. Puasa dalam bulan Rajab, wajib bagi yang ber puasa itua.Diampunkan dosa-dosanya yang lalu. Dipelihara Allah umurnya yang tinggal.Terlepas daripada dahaga di akhirat.
11.Puasa pada awal Rajab, pertengahannya dan pada akhirnya, seperti puasa sebulan pahalanya.
12.Siapa bersedekah dalam bulan Rajab, seperti bersedekah seribu dinar,dituliskan kepadanya pada setiap helai bulu roma jasadnya seribu kebajikan, diangkat seribu derjat, dihapus seribu kejahatan -
“Dan barang siapa berpuasa pada tgl 27 Rajab/ Isra Mi’raj akan mendapat pahala seperti 5 tahun berpuasa.”
- “Barang siapa yang berpuasa dua hari di bulan Rajab akan mendapat kemuliaan di sisi ALLAH SWT.” “Barang siapa yang berpuasa tiga hari yaitu pada tgl 1, 2, dan 3 Rajab, maka ALLAH akan memberikan pahala seperti 900 tahun berpuasa dan menyelamatkannya dari bahaya dunia, dan siksa akhirat.”
- “Barang siapa berpuasa lima hari dalam bulan ini, permintaannya akan dikabulkan.”
- “Barang siapa berpuasa tujuh hari dalam bulan ini, maka ditutupkan tujuh pintu neraka Jahanam dan barang siapa berpuasa delapan hari maka akan dibukakan delapan pintu syurga.”
- “Barang siapa berpuasa lima belas hari dalam bulanini, maka ALLAH akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan menggantikan kesemua kejahatannya dengan kebaikan, dan barang siapa yang menambah(hari-hari puasa) maka ALLAH akan menambahkan pahalanya.”

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site

 
  • Penayangan bulan lalu