Senin, 29 Oktober 2012

Cinta itu Membuat Bodoh? Apa Benar?

Posted by penk syahid on 06.03

Bicara tentang cinta, ada orang yang mengatakan cinta itu membuat bodoh? Ada juga yang mengatakan cinta itu tidak begitu, justru cinta iu membuat semangat. Kalau saya sendiri  pernah mengalami keduanya, dimana cinta pernah membuat saya bodoh dan cinta juga pernah membuat hidup saya semakin bersemangat. Dari pengalaman tersebut saya bisa mengatakan bahwa cinta yang membuat bodoh itu adalah cinta buta, cinta yang tidak menggunakan pikiran dan logika. Cinta yang hanya berorientasi pada nafsu (nafsu ingin terlalu memiliki, dan nafsu-nafsu yang lain). Sedangkan cinta yang membuat semakin semangat itu adalah cinta yang benar, cinta yang bisa menyeimbangkan perasaan dan pikiran dalam bertindak.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cinta, yang salah adalah persepsi dan pengelolaan cinta itu sendiri. Kalau seandanya ada orang yang merasa jadi bodoh karena cinta, itu adalah salah orang itu sendiri, kenapa dia tidak bisa mengelola cinta itu dengan baik. Terus kalau ada orang yang bahagia karena cinta, itu karena seseorang mampu mengelola cintanya dengan benar.
Jadi sangat salah jika ada orang yang mengatakan cinta itu membuat bodoh. Istilah cinta membuat bodoh kalau di ibaratkan peribahasa sama dengan peribahasa “Buruk Rupa Cermin di Belah”. Artinya ketika seseorang gagal dan berbuat bodoh karena cinta, dia menjadikan cinta sebagai kemabing hitamnya. Kalau seandanyai cinta bisa bicara, maka di akan menuntut orang itu dengan tuduhan pencemaran nama baik.
Untuk itu mulai dari sekaraang jika kita merasa di rugikan karena cinta, jangan kita salahkan cinta, salahkanlah diri kita sendiri, karena kita tidak mampu mengelola perasaan cinta secara benar. Tapi supaya anda terhindar dari cinta yang bikin rugi, mulailah mencintai dengan wajar , jangan berlebihan dan gunakanlah selalu logika berpikir.

Rabu, 24 Oktober 2012

Tersenyumlah!

Posted by penk syahid on 07.28

Tertawa yang wajar itu laksana 'balsem' bagi kegalauan dan 'salep'
bagi kesedihan. Pengaruhnya sangat kuat sekali untuk membuat jiwa
bergembira dan hati berbahagia. Bahkan, karena itu Abu Darda' sempat
berkata, "Sesungguhnya aku akan tertawa untuk membahagiakan hatiku.
Dan Rasulullah s.a.w. sendiri sesekali tertawa bingga tampak gerahamnya.
Begitulah tertawanya orang-orang yang berakal dan mengerti tentang
penyakit jiwa serta pengobatannya."

Tertawa merupakan puncak kegemhiraan, titik tertinggi keceriaan,
dan ujung rasa suka cita. Namun, yang demikian itu adalah tertawa yang
tidak berlebihan sebagaimana dikatakan dalam pepatah, "Janganlah engkau
banyak tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati." Yakni, tertawalah
sewajarnya saja sebagaimana dikatakan juga dalam pepatah yang berbunyi,

"Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah." Bahkan, tertawalah
sebagaimana Nabi Sulaiman ketika,
{... ia tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu.}
(QS. An-Naml: 19),
Janganlah tertawa sinis dan sombong sebagaimana dilakukan orangorang
kafir,
{... tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami
dengan serta merta mereka menertawakannya.}
(QS. Az-Zukhruf: 47)

Dan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada penghuni surga
adalah tertawa.

{Maka pada hari ini orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir.}
(QS. Al-Muthaffifin: 34)

Orang Arab senang memuji orang yang murah senyum dan selalu
tampak ceria. Menurut mereka, perangai yang demikian itu merupakan
pertanda kelapangan dada, kedermawanan sifat, kemurahan hati,
kewibawaan perangai, dan ketanggapan pikiran.

Wajah nan berseri tanda suka memberi,
dan, tentu bersuka cita saat dipinta.
Dalam kitab "Harim", Zuher bersyair,
kau melihatnya senantiasa gembira saat kau datang,
seolah engkau memberinya apa yang engkau minta padanya
Pada dasarnya, Islam sendiri dibangun atas dasar prinsip prinsip
keseimbangan dan kemoderatan, baik dalam hal akidah, ibadah, akhlak
maupun tingkah laku. Maka dari itu, Islam tak mengenal kemuraman yang
menakutkan, dan tertawa lepas yang tak berarturan. Akan tetapi sebaliknya,
Islam senantiasa mengajarkan kesungguhan yang penuh wibawa dan ringan
langkah yang terarah.

Abu Tamam mengatakan,
"Demi jiwaku yang bapakku menebusnya untukku,
ia laksana pagi yang diharapkan dan bintang yang dinantikan.
Canda kadang menjadi serius,
namun hidup tanpa canda jadi kering kerontang"
Muram durja dan muka masam adalah cermin dari jiwa yang galau,
pikiran yang kacau, dan kepala yang rancau balau. Dan,
{Sesudah itu, dia bermuka masam dan merengut.}
(QS. Al-Muddatstsir: 22)

Wajah mereka cemberut karena sombong,
seolah mereka dilempar dengan paksa ke neraka.
Tidak seperti kaum, yang bila kau jumpai bak bintang
gemintang yang jadi petunjuk bagi pejalan malam.
Sabda Rasulullah: "Meski engkau hanya menjumpai saudaramu dengan
wajah berseri."

Dalam Faidhul Khathir, Ahmad Amin menjelaskan demikian: "Orang
yang murah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang
paling mampu membahagiakan diri sendiri, tetapi juga orang yang paling
mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang
yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan,
serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi
dirinya sendiri dan orang lain."

Andai saja saya disuruh memilih antara harta yang banyak atau
kedudukan yang tinggi dengan jiwa yang tenteram damai dan selalu
tersenyum, pastilah aku memilih yang kedua. Sebab, apa artinya harta yang
banyak bila wajah selalu cemberut? Apa artinya kedudukan bila jiwa selalu
cemas? Apa artinya semua yang ada di dunia ini, bila perasaan selalu sedih
seperti orang yang usai mengantar jenazah kekasihnya? Apa arti kecantikan
seorang isteri jika selalu cemberut dan hanya membuat rumah tangga menjadi
neraka saja? Tentu saja, seorang isteri yang tidak terlalu cantik akan seribu
kali lebih baik jika dapat menjadikan rumah tangga senantiasa laksana surga
yang menyejukkan setiap saat.

Senyuman tak akan ada harganya bila tidak terbit dari hati yang tulus
dan tabiat dasar seorang manusia. Setiap bunga tersenyum, hutan tersenyum,
sungai dan laut juga tersenyum. Langit, bintang-gemintang dan burungburung,
semuanya tersenyum. Dan manusia, sesuai watak dasarnya adalah
makhluk yang suka tersenyum. Itu bila dalam dirinya tidak bercokol penyakit
tamak, jahat, dan egoisme yang selalu membuat rona wajah tampak selalu
kusut dan cemberut.
Adapun bila ketiga hal itu meliputi seseorang, niscaya
ia akan menjelma sebagai manusia yang selalu mengingkari keindahan alam
semesta. Artinya, orang yang selalu bermuram durja dan pekat jiwanya tak
akan pernah melihat keindahan dunia ini sedikitpun. Ia juga tak akan mampu
melihat hakekat atau kebenaran dikarenakan kekotoran hatinya.

Betapapun, setiap manusia akan melihat dunia ini melalui perbuatan, pikiran
dan dorongan hidupnya. Yakni, bila amal perbuatannya baik, pikirannya
bersih dan motivasi hidupnya suci, maka kacamata yang akan ia gunakan
untuk melihat dunia ini pun akan bersih. Dan karena itu, ia akan melihat
dunia ini tampak sangat indah mempesona. Namun, bila tidak demikian,
maka kacamata yang akan ia gunakan melihat dunia ini adalah kacamata
gelap yang membuat segala sesuatu di dunia ini tampak serba hitam dan
pekat.

Ada jiwa-jiwa yang dapat membuat setiap hal terasa berat dan sengsara.
Tapi, ada pula jiwa-jiwa yang mampu membuat setiap hal menjadi sumber
kebahagiaan. Konon, ada seorang wanita yang di rumahnya selalu melihat
segala sesuatu salah di matanya. Akibatnya, sepanjang hari ia merasa dalam
gelap gulita; hanya karena sebuah piring pecah, makanan keasinan karena
terlalu banyak garam, atau kakinya menginjak sobekan kertas di dalam
kamar, ia sontak berteriak dan memaki siapa dan apa saja yang ada di
rumahnya. Hal seperti ini sangat berbahaya sebagaiamana percikan api
yang setiap saat siap melahap apa saja yang ada di depannya.

Ada pula seorang laki-laki yang acapkali membuat hidupnya dan orang-
orang disekelilingnya terasa berat dan sengsara hanya dikarenakan
dirinya salah dalam memahami atau mengartikan maksud perkataan orang
lain, perkara atau kesalahan sepele yang terjadi pada dirinya, keuntungan
kecil yang tak berhasil diraihnya, atau dikarenakan oleh sebuah keuntungan
yang tidak sesuai dengan harapannya.
Begitulah ia memandang dunia ini;
semua terasa gelap. Ironisnya, ia pun akan membuat semua itu terasa gelap
pula oleh orang lain di sekitarnya. Dan orang-orang seperti ini sangat mudah
mendramatisir suatu keburukan; sebuah biji kesalahan ia besar-besarkan
hingga tampak sebesar kubah, dan setangkai benih kesulitan dapat terasa
seperti sebatang pohon kesengsaraan.
Maka dari itu, mereka pun tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan. Mereka tidak pernah puas dan senang dengan sebanyak apapun pemberian yang pernah ia terima.
Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu.

Dan seni harus dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras
dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan
bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam
hidupnya. Itu lebih baik daripada ia terus menguras tenaga dan waktunya
hanya untuk menimbun harta di saku atau gudangnya.

Apalah arti hidup ini, bila hanya habis untuk mengumpulkan harta benda dan tak
dimanfaatkan sedikitpun untuk meningkatkan kualitas kasih sayang, cinta,
keindahan dalam hidup ini?
Banyak orang yang tidak mampu melihat indahnya kehidupan ini.
Mereka hanya membuka matanya untuk dirham dan dinar semata. Maka,
meskipun berjalan melewati sebuah taman yang rindang, bunga-bunga yang
cantik mempesona, air jernih yang memancar deras, burung-burung yang
berkicau riang, mereka sama sekali tidak tertarik dengan semua itu.
Di mata dan pikirannya hanya ada uang —berapa yang masuk dan keluar hari
itu— saja. Padahal, kalau dipikir lebih dalam, sebenarnya ia hams membuat
uang itu menjadi sarana yang baik untuk membangun sebuah kehidupan
yang bahagia. Tapi sayang, mereka justru membalikkan semuanya; mereka
menjual kebahagiaan hidup hanya demi mendapatkan uang, dan bukan
bagaimana membeli kebahagiaan hidup dengan uang.

Struktur mata kita telah diciptakan sedemikian rupa dan unik agar kita dapat melihat
keindahan. Namun, ternyata kita acapkali membiasakannya hanya untuk
melihat uang dan uang.
Tidak ada yang membuat jiwa dan wajah menjadi demikian muram
selain keputusasaan. Maka, jika Anda menginginkan senyuman,
tersenyumlah terlebih dahulu dan perangilah keputusasaan. Percayalah,
kesempatan itu selalu terbuka, kesuksesan selalu membuka pintunya untuk
Anda dan untuk siapa saja. Karena itu, biasakan pikiran Anda agar selalu
menatap harapan dan kebaikan di masa yang akan datang.

Jika Anda meyakini diri Anda diciptakan hanya untuk meraih hal-hal
yang kecil, maka Anda pun hanya akan mendapatkan yang kecil-kecil saja
dalam hidup ini. Tapi sebaliknya, bila Anda yakin bahwa diri Anda diciptakan
untuk menggapai hal-hal yang besar, niscaya Anda akan memiliki semangat
dan tekad yang besar yang akan mampu menghancurkan semua aral dan
hambatan. Dengan semangat itu pula Anda akan dapat menembus setiap
tembok penghalang dan memasuki lapangan kehidupan yang sangat luas
untuk suatu tujuan yang mulia. Ini dapat kita saksikan dalam banyak
kenyataan hidup.

Barangsiapa ikut lomba lari seratus meter misalnya, ia akan merasa capek tatkala telah menyelesaikannya. Lain halnya dengan
seorang peserta lomba lari empat ratus meter, ia belum merasa capek tatkala
sudah menempuh jarak seratus atau dua ratus meter. Begitulah adanya,
jiwa hanya akan memberikan kadar semangat sesuai dengan kadar atau
tingkatan sesuatu yang akan dicapai seseorang.
Maka, pikirkan setiap tujuan Anda. Dan jangan lupa, hendaklah tujuan Anda itu selalu yang tinggi dan sulit dicapai. Jangan pernah putus asa selama masih dapat mengayunkan
kaki untuk menempuh langkah baru setiap harinya. Sebab, rasa putus asa,
patah semangat, selalu berpandangan negatif terhadap segala sesuatu, suka
mencari-cari aib dan kesalahan orang lain, dan besar mulut hanya akan
menghambat langkah, menciptakan kemuraman; dan menempatkan jiwa
di dalam sebuah penjara yang pengap.

Penerimaan seseorang terhadap suatu hal tidaklah sama dengan
penerimaanya terhadap seorang pendidik yang telah berjasa mengembangkan
dan mengarahkan bakat alamiahnya, meluaskan cakrawala pemikirannya,
menanamkan kebiasaan ramah dan murah hati dalam dirinya, mengajarkan
kepadanya bahwa sebaik-baik tujuan hidup adalah berusaha menjadi sumber
kebaikan bagi masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya,
mengarahkannya agar senantiasa menjadi matahari yang memancarkan
cahaya, kasih sayang dan kebaikan, dan yang telah menuntunnya agar
memiliki hati yang penuh dengan empati, kasih sayang, rasa perikemanusiaan,
serta merasa senang berbuat baik kepada siapa saja yang berhubungan
dengannya.

Setiap kali melihat kesulitan, jiwa seseorang yang murah senyum justru
akan menikmati kesulitan itu dengan memacu diri untuk mengalahkannya.
Begitu ia memperlakukan suatu kesulitan; melihatnya lalu tersenyum,
menyiasatinya lalu tersenyum, dan berusaha mengalahkannya lalu tersenyum.

Berbeda dengan jiwa manusia yang selalu risau. Setiap kali menjumpai
kesulitan, ia ingin segera meninggalkannya dan melihatnya sebagai sesuatu
yang amat sangat besar dan memberatkan dirinya. Dan itulah yang acapkali
menyebabkan semangat seseorang menurun dan asanya berkurang. Bahkan,
tak jarang orang seperti ini berdalih dengan kata-kata "Seandainya ...,"
"Kalau saja ...," dan "Seharusnya ...." Orang seperti ini sangatlah nista.

Bukan zaman yang mengutuknya, tapi dirinya dan pendidikan yang telah
membesarkannya. Bagaimana tidak, ia menginginkan keberhasilan dalam
menjalani kehidupan ini, tapi tanpa mau membayar ongkosnya. Orang seperti
ini ibarat seseorang yang hendak berjalan tetapi selalu dibayangi oleh seekor
singa yang siap menerkam dirinya dari belakang. Akibatnya, ia hanya
menunggu langit menurunkan emasnya atau bumi mengeluarkan kandungan
harta karunnya.

Kesulitan-kesulitan dalam kehidupan ini merupakan perkara yang nisbi.
Yakni, segala sesuatu akan terasa sulit bagi jiwa yang kerdil, tapi bagi jiwa
yang besar tidak ada istilah kesulitan besar. Jiwa yang besar akan semakin
besar karena mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Sementara jiwa
yang kecil akan semakin sakit, karena selalu menghindar dari kesulitan
itu. Kesulitan itu ibarat anjing yang siap menggigit; ia akan menggonggong
dan mengejar Anda bila Anda tampak ketakutan saat melihatnya.

Sebaliknya, ia akan membiarkan Anda berlalu di hadapannya dengan tenang
bila Anda tak menghiraukannya, atau Anda berani memelototinya.
Penyakit yang paling mematikan jiwa adalah rasa rendah diri. Penyakit
ini dapat menghilangkan rasa percaya diri dan keyakinan seseorang terhadap
kemampuannya sendiri.
Maka dari itu, meski berani melakukan suatu
pekerjaan, ia tak akan pernah yakin dengan kemampuan dan keberhasilan
dirinya. Ia juga melakukannya dengan tanpa perhitungan yang matang, dan
akhirnya gagal. Percaya diri adalah sebuah karunia yang sangat besar. Ia
merupakan tiang penyangga keberhasilan dalam kehidupan ini. Adalah
sangat berbeda antara "percaya diri" dengan "terlalu percaya diri".

Terlalu percaya diri merupakan perilaku negatif yang senantiasa membuat jiwa
bergantung pada khayalan dan kesombongan semu. Sedangkan percaya diri
merupakan hal positif yang akan mendorong setiap jiwa untuk bergantung
pada kemampuannya sendiri dalam memikul suatu tanggung jawab.
Dan karena itu, ia akan terdorong untuk senantiasai mengembangkan
kemampuannya dan mempersiapkan diri dengan matang dalam menghadapi
segala sesuatu.

Elia Abu Madhi berkata:
Orang berkata, "Langit selalu berduka dan mendung."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, cukuplah duka cita di langit sana."
Orang berkata, "Masa muda telah berlalu dariku."
Tapi aku berkata, "Tersenyumlah, bersedih menyesali masa muda tak
kan pernah mengembalikannya"
Orang berkata, "Langitku yang ada di dalam jiwa telah membuatku
merana dan berduka.
Janji-janji telah mengkhianatiku ketika kalbu telah menguasainya.

Bagaimana mungkin jiwaku sangggup mengembangkan senyum
manisnya
Maka akupun berkata,"Tersenyum dan berdendanglah,
kala kau membandingkan semua umurmu kan habis untuk merasakan
sakitnya.
Orang berkata, "Perdagangan selalu penuh intrik dan penipuan,
ia laksana musafir yang akan mati karena terserang rasa haus."
Tapi aku berkata, "Tetaplah tersenyum, karena engkau akan
mendapatkan penangkal dahagamu.
Cukuplah engkau tersenyum, karena mungkin hausmu akan sembuh
dengan sendirinya.
Maka mengapa kau harus bersedih dengan dosa dan kesusahan orang
lain, apalagi sampai engkau seolah-olah yang melakukan dosa dan
kesalahan itu?
Orang berkata, "Sekian hari raya telah tampak tanda-tandanya
seakan memerintahkanku membeli pakaian dan boneka-boneka.
Sedangkan aku punya kewajiban bagi teman-teman dan saudara,
namun telapak tanganku tak memegang walau hanya satu dirham
adanya
Ku katakan: Tersenyumlah, cukuplah bagi dirimu karena Anda masih
hidup, dan engkau tidak kehilangan saudara-saudara dan kerabatyang
kau cintai.
Orang berkata, " Malam memberiku minuman 'alqamah
tersenyumlah, walaupun kau makan buah 'alqamah
Mungkin saja orang lain yang melihatmu berdendang
akan membuang semua kesedihan.

Berdendanglah Apa kau kira dengan cemberut akan memperoleh dirham
atau kau merugi karena menampakkan wajah berseri?
Saudaraku, tak membahayakan bibirmu jika engkau mencium
juga tak membahayakan jika wajahmu tampak indah berseri
Tertawalah, sebab meteor-meteor langit juga tertawa
mendung tertawa, karenanya kami mencintai bintang-bintang
Orang berkata, "Wajah berseri tidak membuat dunia bahagia
yang datang ke dunia dan pergi dengan gumpalan amarah.

Ku katakan, "Tersenyumlah, selama antara kau dan kematian
ada jarak sejengkal, setelah itu engkau tidak akan pernah tersenyum."
Sungguh, kita sangat butuh pada senyuman, wajah yang selalu berseri,
hati yang lapang, akhlak yang menawan, jiwa yang lembut, dan pembawaan
yang tidak kasar. "Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
berendah hati, hingga tidak ada salah seorang di antaramu yang berlaku jahat
pada yang lain dan tidak ada salah seorang di antaramu yang membanggakan diri
atas yang lain." (Al-Hadits)

Syaikh Muhammad Dimyati bin Syaikh Muhammad Amin (B A N T E N)

Posted by penk syahid on 07.05

من أراد الدنيا فعليه بالعلم ومن أراد الآخرة فعليه بالعلم ومن أرادهما فعليه بالعلم
“Barang siapa yang menginginkan dunia, hendaknya ia menguasai ilmu; barang siapa yang menginginkan akhirat ,hendaknya ia menguasai ilmu;dan barang siapa yang m...enginginkan keduanya, hendaknya ia menguasai ilmu juga.” (al-Hadis)

KH. Muhammad Dimyathi yang biasa dipanggil dengan Abuya Dimyathi atau Mbah Dim merupakan sosok Ulama Banten yang memiliki karismatik nan bersahaja. Beliau lahir sekitar tahun 1925 anak pasangan dari H.Amin dan Hj.Ruqayah. Sejak kecil Abuya Dimyathi sudah menampakan kecerdasannya dan keshalihannya, beliau belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya mullai dari Pesantren Cadasari, kadupeseng Pandeglang, ke Plamunan hingga ke Pleret Cirebon. Semasa hidupnya, Abuya Dimyathi dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai, sehingga tak berlebihan kalau disebut sebagai tipe ulama Khas al-Khas. Masyarakat Banten menjuluki beliau juga sebagai pakunya daerah Banten, di samping sebagai pakunya negara Indonesia. Di balik kemasyhuran nama Abuya, beliau adalah orang yang sederhana dan bersahaja. Kalau melihat wajah beliau terasa ada perasaan ‘adem’ dan tenteram di hati orang yang melihatnya.

Abuya Dimyathi dikenal sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf, tarekat yang dianutnya tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah. Maka wajar jika dalam perilaku sehari-hari beliau penuh tawadhu’, istiqamah, zuhud, dan ikhlas. Abuya adalah seorang qurra’ dengan lidah yang fasih. Wiridan al-Qur’an sudah istiqamah lebih dari 40 tahun. Kalau shalat tarawih di bulan puasa, tidak turun untuk sahur kecuali setelah mengkhatamkan al-Qur’an dalam shalat. Oleh karenanya, tidak salah jika kemudian kita mengkategorikan Abuya sebagai Ulama multidimensi.

Dibanding dengan ulama kebanyakan, Abuya Dimyathi ini menempuh jalan spiritual yang unik.
Beliau secara tegas menyeru: “Thariqah aing mah ngaji!” (Jalan saya adalah ngaji). Sebab, tinggi rendahnya derajat keualamaan seseorang bisa dilihat dari bagaimana ia memberi penghargaan terhadap ilmu. Sebagaimana yang termaktub dalam surat al-Mujadilah ayat 11, bahwa Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan. Dipertegas lagi dalam hadist nabi, al-Ulama’u waratsatul anbiya’, para ulama adalah pewaris para nabi. Ngaji sebagai sarana pewarisan ilmu. Melalui ngaji, sunnah dan keteladanan nabi diajarkan. Melalui ngaji, tradisi para sahabat dan tabi’in diwariskan. ilmu adalah suatu keistimewaan yang menjadikan manusia unggul atas makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahannya.Saking pentingnya ngaji dan belajar, satu hal yang sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim adalah: “Jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain atau karena umur”. Pesan ini sering diulang-ulang, seolah-olah Mbah Dim ingin memberikan tekanan khusus; jangan sampai ngaji ditinggal meskipun dunia runtuh seribu kali! Apalagi demi sekedar hajatan partai.Urusan ngaji ini juga wajib ain hukumnya bagi putra-putri Mbah Dim untuk mengikutinya. Bahkan, ngaji tidak akan dimulai, fasal-fasal tidak akan dibuka, kecuali semua putra-putrinya hadir di dalam majlis.

Menelusuri kehidupan ulama Banten ini seperti melihat warna-warni dunia sufistik. Perjalanan spiritualnya dengan beberapa guru sufi seperti Kiai Dalhar Watucongol. Perjuangannya yang patut diteladani. Bagi masyarakat Pandeglang Provinsi Banten Mbah Dim sosok sesepuh yang sulit tergantikan. Lahir sekitar tahun 1925 dikenal pribadi bersahaja dan penganut tarekat yang disegani.

Abuya Dimyati juga kesohor sebagai guru pesantren dan penganjur ajaran Ahlusunah Wal Jama’ah. Pondoknya di Cidahu, Pandeglang, Banten tidak pernah sepi dari para tamu maupun pencari ilmu. Bahkan menjadi tempat rujukan santri, pejabat hingga kiai. Semasa hidupnya, Abuya Dimyati dikenal sebagai gurunya dari para guru dan kiainya dari para kiai. Bukan saja mengajarkan ilmu syari’ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf. Abuya dikenal sebagai penganut tarekat Naqsabandiyyah Qodiriyyah.

Tidak salah kalau sampai sekarang telah mempunyai ribuan murid. Mereka tersebar di seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri. Sewaktu masih hidup , pesantrennya tidak pernah sepi dari kegiatan mengaji. Bahkan Mbah Dim mempunyai majelis khusus yang namanya Majelis Seng. Hal ini diambil Dijuluki seperti ini karena tiap dinding dari tempat pengajian sebagian besar terbuat dari seng. Di tempat ini pula Abuya Dimyati menerima tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah maupun para petinggi negeri. Majelis Seng inilah yang kemudian dipakainya untuk pengajian sehari-hari semenjak kebakaran hingga sampai wafatnya.

Abuya berguru pada ulama-ulama sepuh di tanah Jawa. Di antaranya Abuya Abdul Chalim, Abuya Muqri Abdul Chamid, Mama Achmad Bakri (Mama Sempur), Mbah Dalhar Watucongol, Mbah Nawawi Jejeran Jogja, Mbah Khozin Bendo Pare, Mbah Baidlowi Lasem, Mbah Rukyat Kaliwungu dan masih banyak lagi. Kesemua guru-guru beliau bermuara pada Syech Nawawi al Bantani. Kata Abuya, para kiai sepuh tersebut adalah memiliki kriteria kekhilafahan atau mursyid sempurna, setelah Abuya berguru, tak lama kemudian para kiai sepuh wafat.

Ketika mondok di Watucongol, Abuya sudah diminta untuk mengajar oleh Mbah Dalhar. Satu kisah unik ketika Abuya datang pertama ke Watucongol, Mbah Dalhar memberi kabar kepada santri-santri besok akan datang ‘kitab banyak’. Dan hal ini terbukti mulai saat masih mondok di Watucongol sampai di tempat beliau mondok lainya, hingga sampai Abuya menetap, beliau banyak mengajar dan mengorek kitab-kitab.
Di pondok Bendo, Pare, Abuya lebih di kenal dengan sebutan ‘Mbah Dim Banten’. Karena, kewira’i annya di setiap pesantren yang disinggahinya selalu ada peningkatan santri mengaji.

Dalam setiap perjalanan menuntut ilmu dari pesantren yang satu ke pesantren yang lain selalu dengan kegiatan Abuya mengaji dan mengajar. Hal inipun diterapkan kepada para santri. Dikenal sebagai ulama yang komplet karena tidak hanya mampu mengajar kitab tetapi juga dalam ilmu seni kaligrafi atau khat. Dalam seni kaligrafi ini, Abuya mengajarkan semua jenis kaligrafi seperti khufi, tsulust, diwani, diwani jally, naskhy dan lain sebagainya. Selain itu juga sangat mahir dalam ilmu membaca al Quran.

Bagi Abuya hidup adalah ibadah.
Tidak salah kalau KH Dimyati , Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah pernah berucap bahwa belum pernah seorang kiai yang ibadahnya luar biasa. Menurutnya selama berada di kaliwungu tidak pernah menyia-nyiakan waktu. Sejak pukul 6 pagi usdah mengajar hingga jam 11.30. setelah istirahat sejenak selepas Dzuhur langsung mengajar lagi hingga Ashar. Selesai sholat ashar mengajar lagi hingga Maghrib. Kemudian wirid hingga Isya. Sehabis itu mengaji lagi hingga pukul: 24 malam. Setelah itu melakukan qiyamul lail hingga subuh.

Di sisi lain ada sebuah kisah menarik. Ketika bermaksud mengaji di KH Baidlowi, Lasem. Ketika bertemu dengannya, Abuya malah disuruh pulang. Namun Abuya justru semakin mengebu-gebu untuk menuntut ilmu. Sampai akhirnya kiai Khasrtimatik itu menjawab, “Saya tidak punya ilmu apa-apa.” Sampai pada satu kesempatan, Abuya Dimyati memohon diwarisi thariqah. KH Baidlowio pun menjawab,” Mbah Dim, dzikir itu sudah termaktub dalam kitab, begitu pula dengan selawat, silahkan memuat sendiri saja, saya tidak bisa apa-apa, karena tarekat itu adalah sebuah wadzifah yang terdiri dari dzikir dan selawat.” Jawaban tersebut justru membuat Abuya Dimyati penasaran. Untuk kesekian kalinya dirinya memohon kepada KH Baidlowi. Pada akhirnya Kiai Baidlowi menyuruh Abuya untuk solat istikharah. Setelah melaksanakan solat tersebut sebanyak tiga kali, akhirnya Abuya mendatangi KH Baidlowi yang kemudian diijazahi Thariqat Asy Syadziliyah.

Dipenjara

Mbah Dalhar Mah Dim dikenal seagai salah satu orang yang sangat teguh pendiriannya. Sampai-sampai karena keteguhannya ini pernah dipenjara pada zaman Orde Baru. Pada tahun 1977 Abuya sempat difitnah dan dimasukkan ke dalam penjara. Hal ini disebabkan Abuya sangat berbeda prinsip dengan pemerintah ketika terjadi pemilu tahun tersebut. Abuya dituduh menghasut dan anti pemerintah. Abuya pun dijatuhi vonis selama enam bulan. Namun empat bulan kemudian Abuya keluar dari penjara.

Ada beberapa kitab yang dikarang oleh Abuya Dimyati. Diantaranya adalah Minhajul Ishthifa. Kitab ini isinya menguraikan tentang hidzib nashr dan hidzib ikhfa. Dikarang pada bulan Rajab H 1379/ 1959 M. Kemudian kitab Aslul Qodr yang didalamya khususiyat sahabat saat perang Badr. Tercatat pula kitab Roshnul Qodr isinya menguraikan tentang hidzib Nasr. Rochbul Qoir I dan II yang juga sama isinya yaitu menguraikan tentang hidzib Nasr.

Selanjutnya kitab Bahjatul Qooalaid, Nadzam Tijanud Darori. Kemudian kitab tentang tarekat yang berjudul Al Hadiyyatul Jalaliyyah didalamnya membahas tentang tarekat Syadziliyyah. Ada cerita-cerita menarik seputar Abuya dan pertemuannya dengan para kiai besar. Disebutkan ketika bertemu dengen Kiai Dalhar Watucongol Abuya sempat kaget. Hal ini disebabkan selama 40 hari Abuya tidak pernah ditanya bahkan dipanggil oleh Kiai Dalhar. Tepat pada hari ke 40 Abuya dipanggil Mbah Dalhar. “Sampeyan mau jauh-jauh datang ke sini?” tanya kiai Dalhar. Ditanya begitu Abuya pun menjawab, “Saya mau mondok mbah.” Kemudian Kiai Dalhar pun berkata,” Perlu sampeyan ketahui, bahwa disini tidak ada ilmu, justru ilmu itu sudah ada pada diri sampeyan. Dari pada sampeyan mondok di sini buang-buang waktu, lebih baik sampeyan pulang lagi ke Banten, amalkan ilmu yang sudah ada dan syarahi kitab-kitab karangan mbah-mbahmu. Karena kitab tersebut masih perlu diperjelas dan sangat sulit dipahami oleh orang awam.” Mendengar jawaban tersebut Abuya Dimyati menjawab, ”Tujuan saya ke sini adalah untuk mengaji, kok saya malah disuruh pulang lagi? Kalau saya disuruh mengarang kitab, kitab apa yang mampu saya karang?” Kemudian Kiai Dalhar memberi saran,”Baiklah, kalau sampeyan mau tetap di sini, saya mohon ajarkanlah ilmu sampeyan kepada santri-santri yang ada di sini dan sampeyan jangan punya teman.” Kemudian Kiai Dalhar memberi ijazah tareqat Syadziliyah kepada Abuya.

Itulah sekelumit keteladanan Mbah Dimyati dan putra-putrinya, yang sejalan dengan pesan al-Qur’an dalam surat al-Tahrim ayat 6, Qu anfusakum wa ahlikum naran. Namun, Kini, waliyullah itu telah pergi meninggalkan kita semua. Abuya Dimyathi tak akan tergantikan lagi. Malam Jumat pahing, 3 Oktober 2003 M/07 Sya’ban 1424 H, sekitar pukul 03:00 wib umat Muslim, khususnya warga Nahdlatul Ulama telah kehilangan salah seorang ulamanya, KH. Muhammad Dimyati bin KH. Muhammad Amin Al-Bantani, di Cidahu, Cadasari, Pandeglang, Banten dalam usia 78 tahun. Padahal, pada hari itu juga, dilangsungkan acara resepsi pernikahan putranya. Sehingga, Banten ramai akan pengunjung yang ingin mengikuti acara resepsi pernikahan, sementara tidak sedikit masyarakat –pelayat- yang datang ke kediaman Abuya. Inilah merupakan kekuasaan Allah yang maha mengatur, menjalankan dua agenda besar, “pernikahan” dan “pemakaman”.

Semoga Beliau mendapatkan Tempat yang Mulia DisisiNYA.Amiin.
Lahu Al Fatihah

Kerajaan Arab Saudi Belum Tetapkan Haji Akbar

Posted by penk syahid on 06.44

Kerajaan Arab Saudi Belum Tetapkan Haji Akbar

Jeddah, Pelita
Pemerintahan Kerajaan Arab Saudi belum menetapkan apakah musim haji tahun 1430 Hijriah/2009 Masehi sebagai haji akbar. Kepastian mengenai predikat tersebut akan ditentukan melalui rukyat (melihat langsung bulan) pada 29 Dzulqadah.
Pengumuman mengenai pergantian penanggalan Hijriah itu sesuai informasi akan dilakukan pada Selasa (17/11) pukul 18.00 Waktu Arab Saudi, karena sesuai kalender negeri ini, sudah terjadi pergantian hari, atau tanggal 29 Dzulkadah.
Konsul Haji Indonesia H Syairozy Dimyathi saat dikonfirmasi wartawan di Bandarra King Abdul Aziz (KAA) Jeddah, Senin (16/11) malam mengatakan belum mendapat informasi apakah haji tahun ini akbar atau tidak. Karena pengumuman mengenai apakah nanti saat Wukuf di Arafah pada hari Jumat atau hari Kamis.
Saya belum mendapat informasi, kecuali pada besok Selasa (hari ini-Red), ada acara penentuan kapan tanggal 1 Dzulhijah. Sehingga bisa diketahui Wukuf di Arafah 9 Dzulhijah itu hari Kamis atau Jumat, jelasnya.
Menurut pemahaman banyak pihak jika Wukuf di Arafah jatuh pada hari Jumat, maka hajinya akbar. Tetapi bila hari lain, diyakini sebagai haji biasa (tidak akbar-red).
H Syairozy yang saat itu didampingi Kepala Bidang Penerangan Konjen RI Jeddah, Darma Kitry, mengatakan ada daya tarik tersendiri di kalangan masyarakat Arab Saudi bila haji akbar. Mereka banyak melaksanakan ibadah haji pada haji ini, karena Rasulullah Muhammad SAW saat berhaji dan hanya sekali sepanjang hayatnya, kejadiannya pada hari Jumat.
Karena adanya pemahaman seperti itu, maka pemerintah Arab Saudi sendiri sebetulnya merasa lebih repot, dibanding bila Wukuf terjadi pada hari lain. Namun juga ada pertimbangan tertentu, misalnya karena jamaah calon hajinya kurang ramai, bisa saja terjadi pergeseran hari sehingga Wukufnya menjadi hari Jumat.
Segala sesuatunya belum ada kepastian, apalagi di Arab Saudi berlaku bila ada salah satu ulama melihat bulan di ufuk barat untuk menentukan tanggal 1 Dzulhijah, maka sudah bisa dijadikan pedoman atau dianggap sah. Tapi ulama dimaksud harus punya pengaruh dan sudah teruji, kata Syairozy.
Menurut pandangan Syairozy Dimyathi, ada kemungkinan Wukufnya tahun ini hari Kamis, tetapi bisa saja digeser menjadi Jumat dengan pertimbangan seperti disebut diatas. Tapi menurutnya ada dalil yang menegaskan, hari apapun pelaksanaan Wukuf merupakan haji akbar, karena sesungguhnya sudah ada yang membedakan yaitu umroh, karena umroh itu haji kecil.
Yang membedakan haji akbar dengan haji kecil, antara haji biasa dan umroh. Dan perbedaan pandangan (hilafiyah) inilah yang membuat semuanya bisa berjalan lancar, indah, dan banyak ditemui kemudahan. Bayangkan jika tiga juta orang semua hanya berpandangan atau berpedoman satu mahzab, betapa sulitnya merealisasikan, katanya. (sal)

MAKNA IDUL ADHA BAGI KEHIDUPAN

Posted by penk syahid on 00.45

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni’mat yg banyak. Maka dirikanlah salat krn Tuhanmu dan sembelihlah hewan . Sesungguhnya orang-orang yg membenci kamu dialah yg terputus?
Pemberian ni’mat oleh Allah kepada manusia tak terhingga. Anak isteri dan harta kekayaan adl sebagian ni’mat dari Allah. Kesehatan dan kesempatan juga ni’mat yg sangat penting. Manusia juga diberi ni’mat pangkat kedudukan jabatan dan kekuasaan. Segala yg dimiliki manusia adl ni’mat dari Allah baik berupa materi maupun non materi. Namun bersanmaan itu pula semua ni’mat tersebut sekaligus menjadi cobaan atau ujian fitnah atau bala? bagi manusia dalam kehidupannya. Allah berfirman ?Dan ketahuilah bahwasanya harta kekayaanmu dan anak-nakmu adl fitnah . Dan sesungguhnya Allah mempunyai pahala yg besar?.
Meskipun Allah memberikan ni’mat-Nya yg tak terhingga kepada manusia tetapi dalam kenyataan Allah melebihkan apa yang diberikan kepada seseorang daripada yg lain. Sehingga ada yg kaya raya cukup kaya miskin bahkan ada yang menjadi seorang papa gelandangan berteduh di kolong langit. Demikian juga ada yg menjadi penguasa ada yg rakyat jelata. Ada pimpinan/ kepala dan ada bawahan / anak buah. Ini semua juga dalam rangka cobaan bagi siapa yang benar-benar mukmin dan siapa yg hanya mukmin di bibir saja.
Salah satu bukti bahwa seorang mukmin telah lulus cobaan dalam ni’mat harta kekayaan adl ia dgn ikhlas mengunakannya utk ibadah haji. Sehingga bagi orang demikian akan memperoleh haji yg mabrur. Sedang haji mabrur pahalanya hanyalah surga sebagaimana sabda Nabi SAW ?Orang yg dapat mencapai haji yg mabrur tiada pahala yg pantas baginya selain surga?. .
Betapa gembira dan bahagianya orang kaya yg dapat mencapai haji mabrur demikian. Belum lagi jika ia sempat salat berjamaah di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi maka tiada terkira lagi pahalanya. Namun ini konteksnya adl orang yang kaya. Sedang orang yg tidak mampu / miskin tidak perlu berkecil hati. Bagi kita yg tidak mampu maka konteksnya terkandung dalam hadis Nabi SAW berikut “Hajinya orang yg tidak mampu adalah berpuasa pada hari Arafah .?
Itulah maka sangat disayangkan bila di antara kita ada yg menyia-siakan kesempatan dari Allah yakni tidak mau berpuasa pada tanggal 9 Zul Hijjah yg disebut puasa Arafah itu.
Cobaan tentang harta kekayaan juga berkaitan dgn pelaksanaan ibadah udhiyah yakni menyembelih hewan yang terkenal dgn hewan qurban di hari raya. Karena pada hari ini Allah mensyariatkan utk ber-udhiyah {menyembelih hewan} maka hari raya ini disebut dgn hari raya Adha wa biha sumiya yaumal-adha. Demikian juga penjelasan Rasulullah SAW ?Hari raya fitrah adl pada hari manusia berbuka menyudahi puasa Ramadan. Sedangkan hari raya Adha adl pada hari manusia ber-udhiyah ? .
Maka salah satu bukti lagi bahwa seseorang lulus dari cobaan harta adl ia dgn ikhlas mau mengunakannya untuk ber-udhiyah baik itu berupa sapi kerbau maupun kambing. Ini tergantung pada kemampuan masing-masing. Seekor kambing boleh digunakan utk satu orang beserta keluarga seisi rumahnya. Sedang sapi / kerbau boleh utk tujuh orang beserta keluarga seisi rumah mereka masing-masing. Daging sembelihan ini termasuk syiar agama yakni utk dimakan menjamu tamu diberikan kepada yg meminta atau yg tidak meminta {orang mampu}. Daging ini juga boleh disimpan utk dimakan hingga hari tasyrik . Allah berfirman ?Makanlah sebagiannya dan utk memberi makan orang yg tidak meminta dan orang yg meminta?. {QS. Al-Hajj 36}.
Sementara Nabi bersabda ?Makanlah utk memberi makan dan simpanlah !?
Sementara itu cobaan besar terhadap sesuatu yg dimiliki manusia pernah dialami Abul Anbiya? Khalilurrahman Ibrahim AS. Beliau telah lulus ujian atau cobaan dari Allah. Hal ini didokumentasikan dalam Al-Qur?an ?Dan ketika Ibrahim diberi cabaan oleh Tuhannya dgn beberapa kalimat lalu Ibrahim lulus dalam cobaan itu. Allah berfirman ?Sesungguhnya Aku menjadikan kamu hai Ibrahim Imam semua manusia ..?. ?
Kelulusan Ibrahim tidak hanya dalam melaksanakan perintah Allah tetapi juga dalam kebijaksanaannya menyampaikan perintah itu kepada anaknya yg sangat dicintainya. Beliau tidak langsung mengambilnya tiba-tiba dan tidak pula mencari kelengahan atau dgn taktik menculik teror dan intimidasi. Meskipun Ibrahim memiliki massa yg banyak tetapi beliau tidak menggunakan massa agar anaknya bertekuk lutut di hadapannya. Perintah Allah disampaikannya dgn transparan penuh argumentasi Ilahiah.
Sedangkan Ismail anak yg patuh dan mengerti kedudukan orang tuanya dan posisinya sebagai anak ia tidak membangkang dan tidak bimbang. Ismail memberikan jawaban yg memancarkan keimanan tawaddu? dan tawakkal kepada Allah bukan utk menonjolkan kepahlawanan atau kegagahan mencari popularitas. Ia tidak melakukan unjuk rasa yang konfrontatif tanpa mengindahkan akhlakul karimah atau dgn kekerasan utk memprotes kehendak bapaknya.
Sungguh dua tokoh bapak dan anak ini merupakan uswah hasanah bagi umat manusia. Bahkan syariat Nabi Muhammad SAW merupakan syariat yg dulunya telah diwahyukan Allah kepada Ibrahim . Maka kita menyembelih hewan qurban di hari ?Idul Adha ini termasuk meneladani sunnah Ibrahim sebagaimana sabda Nabi SAW ?Sunnatu abikum Ibrahim.? .
?Idul Adha memiliki makna yg penting dalam kehidupan. Makna ini perlu kita renungkan dalam-dalam dan selalu kita kaji ulang agar kita lulus dari berbagai cobaan Allah. Makna ?Idul Adha tersebut
    Menyadari kembali bahwa makhluk yg namanya manusia ini adl kecil belaka betapapun berbagai kebesaran disandangnya. Inilah makna kita mengumandangkan takbir Allahu akbar !
    Menyadari kembali bahwa tiada yg boleh di-Tuhankan selain Allah. Menuhankan selain Allah bukanlah semata-mata menyembah berhala seperti di zaman jahiliah. Di zaman globalisasi ini orang dapat menuhankan tokoh lebih-lebih lagi si Tokoh itu sempat menjadi pucuk pimpinan partainya menjadi presiden/wakil presiden atau ketua lembaga perwakilan rakyat. Orang sekarang juga cenderung menuhankan politik dan ekonomi. Politik adalah segala-galanya dan ekonomi adl tujuan hidupnya yg sejati. Bahkan HAM menjadi acuan utama segala gerak kehidupan sementara HAT diabaikan. Inilah makna kita kumandangkan kalimah tauhid La ilaha illallah !
    Menyadari kembali bahwa pada hakikatnya yg memiliki puja dan puji itu hanyalah Allah. Maka alangkah celakanya orang yg gila puja dan puji sehingga kepalanya cepat membesar dadanya melebar dan hidungnya bengah bila dipuji orang lain. Namun segera naik pitam wajah merah dan jantung berdetak melambung bila ada orang yang mencela mengkritik dan mengoreksinya. Inilah makna kita kumandangkan tahmid Wa lillahil-hamd !
    Menyadari kembali bahwa manusia ini ibarat sedang melancong atau bepergian yg suatu saat rindu utk pulang ke tempat tinggal asal yakni tempat yg mula-mula dibangun rumah ibadah bagi manusia Ka?bah Baitullah. Inilah salah satu makna bagi yg istita?ah tidak menunda-nunda lagi berhaji ke Baitullah. Di sini pula manusia disadarkan kembali bahwa pada hakikatnya manusia itu satu keluarga dalam ikatan satu keimanan. Siaopa pun dia dari bangsa apapun adl saudara bila ia mukmin atau muslim. Tetapi bila seseorang itu kafir adl bukan saudara kita meskipun dia lahir dari rahim ibu yg sama. Maka orang yg pulang dari haji hendaknya menjadi uswah hasanah bagi warga sekitarnya tidak membesar-besarkan perbedaan yg dimiliki sesama muslim terutama dalam hal yg disebut furu?iyah.
    Menyadari kembali bahwa segala ni’mat yg diberikan Allah pada hakikatnaya adl sebagai cobaan atau ujian. Apabila ni’mat itu diminta kembali oleh yg memberi maka manusia tidak dapat berbuat apa-apa. Hari ini jadi konglomerat esok bisa jadi melarat dgn hutang bertumpuk jadi karat. Sekarang berkuasa lusa bisa jadi hina tersia-sia oleh massa. Kemaren jadi kepala kantor dgn mobil Timor entah kapan mungkin bisa jadi bahan humor krn naik sepeda bocor. Sedang ni’mat yg berupa harta hendaknya kita ikhlas utk berinfaq di jalan Allah seperti utk ber-udhiyah .
    Percayalah dalam hal harta apabila kita ikhlas di jalan Allah niscaya Allah akan membalasnya dgn berlipat ganda. Tetapi jika kita justru kikir pelit tamak bahkan rakus tunggulah kekurangan kemiskinan dan kegelisahan hati selalu menghimpitnya. Akhirnya semoga ?Idul Adha dgn berbagai ibadah yg kita laksanakan sekarang ini dapat membangunkan kembali tidur kita . Kemudian kita berihtiar lagi sekuat tenaga utk memperbanyak amal saleh sebagai pelebur amal-amal buruk selama ini. Amin !
    Oleh Drs. Syafi’i Salim Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia ( ) (
    sumber file al_islam.chm

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin

Search Site

 
  • Penayangan bulan lalu